Lifting Plan / Rigging Plan

Assalamualaikum. Wr. Wb.
Selamat siang sobat serta senior Praktisi K3 dari Sabang sampai Merauke, sembari menikmati secangkir Kopi, saya mengajak rekan² dan tanpa mengurangi rasa hormat pada senior yang lebih Expert untuk me - Refresh pengetahuan bersama dalam hal Perencanaan Pengangkatan atau yang biasa kita sebut dengan istilah "Lifting Plan / Rigging Plan"

Umumnya Lifting Plan itu dibuat ketika sifat dari Pengangkatan tersebut masuk kategori "Non Routine", kemudian jika Pengangkatan bersifat "Routine", maka kita hanya membutuhkan SOP / Prosedur Pengangkatan saja serta beberapa Industri ada yang mengontrol menggunakan JSA / TRA.
Apa yang dimaksud dengan pengangkatan "Non Routine", yaitu pengangkatan yang tidak biasa / jarang dilakukan, yang dimana didalamnya termasuk Pengangkatan Kritis (Critical Lifting)

Berikut yang termasuk dalam ketegori Critical Lifting / Non Routine Lifting :

- Pengangkatan buta (Blind Lift).
- Pengangkatan kompleks (Complex lift).
- Pengangkatan komplikasi (Complicated Lift).
- Pengangkatan berat (Heavy Lift).
- Pengangkatan yang melibatkan orang naik ke dalam keranjang kerja (Man Riding work basket).
- Pengangkatan lain yang ditentukan oleh Qualified Lifting Operator karena keunikannya.

Dalam suatu project, biasanya terdapat Equipment yang ukurannya cukup besar, yang mana dalam proses Erection / Installation serta Moving / pemindahan peralatan sangat diperlukan suatu Perencanaan Pengangkatan (Lifting Plan / Rigging Plan), khususnya Non Routine Lift atau pengangkatan Kritis (Critical Lifting).

Nah, dari kata diatas terdapat 2 kalimat yang kalau dari segi nalar kita, kalimat diatas itu adalah mahluk yang berbeda, yaitu "Lifting Plan" dan "Rigging plan".
Secara umum, jika kita sudah berbicara dari salah satu kata diatas, anggaplah "Lifting Plan", itu sudah termasuk "Rigging Plan" didalamnya, kenapa saya katakan demikian, karena kita akan berbicara Engineering Calculation dan rencana Pengangkatan serta Metode pengangkatan sampai ke Persiapan Alat Bantu angkat apa saja yang dibutuhkan.
Begitupun sebaliknya, jadi "Lifting Plan & Rigging Plan" adalah Mahluk yang sama tetapi hanya Istilah yang berbeda pada masing² sektor.

Kemudian, fungsi dari Lifting Plan / Rigging Plan sangatlah penting, karena disitu kita harus menganalisa beberapa hal sebelum melakukan pengangkatan, dengan tujuan untuk memudahkan proses pengangkatan di lapangan, koordinasi di lapangan lebih teratur (Job Sequence) serta meminimalkan resiko kecelakaan yang terjadi pada saat pengangkatan.

Lifting plan dibuat sebelum dilakukan pekerjaan lifting atau pengangkatan yang menggunakan alat berat seperti TMC (Truck Mounted Crane), Mobile Crane (Telescopic, Crawler), Tower Crane, dll (dalam contoh kasus disini saya akan ambil penggunaan Mobile crane jenis Telescopic ya).
Sebelum membuat lifting plan, ada beberapa data penting yang perlu kita siapkan yaitu :
  1. dimensi dan berat beban yang akan diangkat
  2. jenis dan kapasitas crane yang akan digunakan
  3. load chart  dari crane yang akan digunakan untuk mengetahui kapasitas angkat crane optimum pada derajat boom,panjang boom yang akan digunakan (working radius), panjang outrigger dan jarak as ke as antar crane dan beban yang akan diangkat).
  4. alat bantu angkat (lifting gear) apa saja yang akan digunakan
  5. hasil inspeksi crane dan lifting gear (untuk crane dapat dilakukan inspeksi visual,load test (untuk testing ada nya kebocoran pada hydraulic system atau tidak, ada keretakan atau kerusakan pada hook dan wire sling atau tidak, dll (mungkin bisa dibaca disini Sekilas mengenai Crane Inspection) jika lifting gear seperti chain block, level block, wire rope dapat dilakukan metode inspeksi NDT seperti Penetrant Test atau Magnetic Particle Inspection (MPI) untuk mengetahui ada cacat atau keretakan atau tidak.
  6.  Lokasi pengangkatan (area yang lapang atau kah ada existing facility di area tersebut)
  7.  total beban dari lifting gear yang akan digunakan
  8.  panjang webbing / wire sling yang akan digunakan

Setelah data – data tersebut di dapatkan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data untuk menentukan panjang boom yang akan digunakan, dan berat beban yang boleh di gunakan lewat load chart :
 
Jika kita mengambil contoh untuk mengangkat beban misal container atau porta cabin) dengan berat total maksimum 5 ton, kemudian kita akan menggambar nya pada program autocad untuk lebih jelasnya seperti dibawah :


Dari program autocad tersebut, kita juga bisa mendapat kan berapa derajat kemiringan dari boom atau boom angle dari crane yang akan dilakukan dalam proses pekerjaan pengangkatan tersebut. Tidak hanya boom angle saja, tapi kita bisa juga mendapat berapa jarak yang aman antara crane dan mobil pengangkut yang digunakan.

Contoh saya mengambil load chart untuk crane KATO kapasitas 25 Ton (yang pernah kami gunakan)  :


 Bagaimana cara membaca load chart tersebut ? berikut dibawah keterangannya ya

Setelah kita dapat menggambar rencana angkat dan bisa membaca load chart, kita juga harus menghitung lifting plan tersebut, yaitu dengan cara sebagai berikut :
  1.  Kita harus mendapat data crane : misal crane yang digunakan ialah Crane KATO kapasitas 25 ton
  2.  Beban total yang diangkat : (jumlah antara berat beban utama yang diangkat + berat total lifting gear yang digunakan) yang dikali kan dengan Dynamic Factor diambil dari table di samping.
  3. selanjutnya kita harus mengetahui prosentase kondisi crane yang kita gunakan dari hasil inspeksi. jika kita mengambil prosentasi kondisi crane 95 % dikarenakan dari hasil inspeksi crane dinyatakan aman, tidak ada kebocoran huydraulic dan tahun penggunan dibawah 2 tahun, maka kita akan korelasikan perhitungannya dengan beban aman yang ada dalam load chart sebagai berikut:  
    1.  kondisi crane = 95 %
    2.  berat yang diperbolehkan sesuai load chart = 7.1 ton
    3.  maka Lifting capacity = 7.1 ton x 95 % = 6.745 ton
  4. setelah itu kita harus menghitung Safety Factor untuk lifting activity ini dengan cara membagi lifting capacity dengan Total beban (total beban x DAF), Safety factor = lifting capacity / total load = 6,745 ton / 6,16 ton = 1.09
  5. jika kita mendapat lifting capacity < dari beban angkat maksimal yang diperbolehkan di Load chart, maka dapat dinyatakan proses pengangkatan aman untuk dilakukan
Demikian sedikit penjelasan mengenai Lifting Plan / Rigging Plan.

Semoga bermanfaat.



Drawing  lifting plan (tampak samping)

Drawing  lifting plan (tampak atas)



Comments

Popular posts from this blog

Bahan Pertanyaan dan Jawaban pada Proses Interview untuk Safetyman

Cara Menghitung HSE Statistic

Mengenal Istilah serta Kapasitas / Beban Scaffolding atau Perancah